Di Kelurahan Airmadidi Bawah, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara, ada kolam air bersih alami yang dilindungi pemerintah karena airnya tak pernah surut. Kolam ini disebut Mata Air Tumatenden.

Konon, tempat ini menjadi kolam pemandian sembilan bidadari dari kayangan dalam legenda rakyat Minahasa, yang ceritanya tertera pada relief di sekitar kolam.

Ceritanya, suatu ketika Mamanua mencoba mengintip di tempat itu karena air yang jernih menjadi keruh. Ia memergoki ada sembilan gadis yang sedang mandi di situ. Dari balik semak-semak, Mamanua mengambil satu dari antara sembilan selendang milik mereka. Menyadari ada orang lain, para gadis itu mengambil selendang masing-masing, lalu terbang ke kayangan dan tak pernah kembali. Namun satu di antara mereka, bernama Lumalungdung, tak bisa terbang karena tak memiliki selendang. Terpaksa, ia pun tinggal di desa itu dan diperistrikan Mamanua hingga dikarunia seorang anak, yang dinamakan Walansendow.

Bahtera rumah tangga mereka berjalan baik, hingga Lumalungdung menemukan kembali selendang terbangnya. Dengan berat hati, ia kembali ke kayangan meninggalkan anaknya dan Mamanua. Sebab itulah dibuat sembilan pancuran yang keluar di kolam Tumatenden.

Selain Kolam Tumetenden, di daerah Minahasa Utara banyak terdapat kolam ikan yang berukuran sangat besar. Selain sebagai tempat budidaya ikan air tawar, lokasi kolam ikan tersebut juga sering dijadikan lokasi wisata. Biasanya kolam-kolam tersebut bersatu dengan restaurant yang menyajikan menu utama ikan bakar. Selain itu, pengunjung dapat pula memancing ikan dari kolam tersebut dengan tarif tertentu. Pada waktu-waktu tertentu bahkan sering diadakan lomba memancing. Pengunjung bisa langsung makan ikan pancingannya dibakar atau digoreng di gazebonya.

Kolam-kolam ikan tersebut tersebar cukup banyak di daerah kaya air seperti Mapanget, Talawaan dan Airmadidi yang bisa dicapai sebelum atau sesudah mengunjungi Kolam Tumetenden.

Kolam Tumetenden dicapai dari Manado ke Airmadidi dengan kendaraan sewa sekitar 30 menit perjalanan.